A G A M A
Agama dapat diuraikan
dengan dua pengertian. Pengertian umum dan pengertian khusus. Dalam
pengertiannya yang umum, agama adalah ungkapan hubungan antara manusia dengan
yang Ilahi, yaitu kekuasaan yang kudus yang dianggap lebih tinggi dari pada manusia
itu sendiri. Kepada Yang Ilahi itu manusia mengalami daya tarik, tetapi
sekaligus juga mengalami perasaan takut. Tetapi lebih daripada semua perasaan
yang di alami itu, manusia mengalami ketergantungan kepada yang Ilahi itu.
Penganut masing-masing agama menyebut yang Ilahi itu dengan berbagai nama:
Allah, Tuhan, Sang Hyang Ada, Dewa, dan sebagainya.
Pengalaman akan yang kudus, yang suci atau yang Ilahi itu disebut dengan
iman atau kepercayaan. Pengalaman itu mengena pada manusia secara utuh, yaitu kemampuannya
untuk berpikir, berkendak, dan bertindak.
Agama Katolik memperkembangkan pengertian umum itu di dalam pengertian
khusus. Agama Katolik adalah ungkapan manusia yang beriman kepada Allah,
melalui Yesus Kristus. Ungkapan itu dilakukan karena manusia percaya bahwa
Allah telah terlebih dahulu mengambil prakarsa untuk mengasihi manusia, seperti
di tulis oleh Yohanes: "Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita" (1 Yoh. 4:19). Maka agama adalah ungkapan kasih kepada Allah yang
terlebih dahulu telah mengasihi manusia. 0leh Allah kasih itu dinyatakan dengan
menciptakan manusia, dengan memberi kehidupan, dengan mengampuni dosa-dosa
manusia, dan lebih-lebih dengan memperbolehkan manusia mengenal siapa Allah itu
bagi manusia. Karena semua manusia dikasihi oleh Allah maha kasih yang sama
dijadikan dasar hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya. Maka agama juga
merupakan ungkapan kasih antara manusia, sehingga Matius menulis:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum kedua, yang sama dengan
itu, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri " (Mat 22:37-38).
Bahkan tertulis juga: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu" (Mat 5:44). Hubungan manusia dengan Allah dan
hubungan manusia dengan sesama didasari oleh kasih yang satu dan sama sehingga
Yohanes menulis: "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia:
Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yoh 4:20-21).
Kuliah agama Katolik dimaksudkan agar dapat. membantu mahasiswa untuk
menjadi manusia yang beragama. Dengan kata lain, kuliah agama Katolik
dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam proses menjadi manusia yang mampu
mengerti secara benar apa arti cinta kasih kepada Allah dan manusia, membantu
mahasiswa untuk menjadi manusia yang mampu menginginkan cinta kasih itu yang
baik dan membantu juga untuk melaksanakan cinta kasih itu di dalam
perbuatannya.
MENJADI ORANG KATOLIK
Sebagian orang beriman, tidak cukupkah menjadi Kristen saja? Mengapa masih
ditambah dengan kata "Katolik"? Tambahan itu, tidakkah akan memberi
kesan memecah-mecah kekristenan? Ada yang "Katolik", ada yang
"tidak Katolik". Itulah antara lain pertanyaan-pertanyaan yang muncul
lebih-lebih bila kita ingin mempertanggungjawabkan identitas kita sebagai
orang-orang yang beriman kepada Kristus dalam berpikir, berkehendak, dan
berbuat.
1. Arti kata Katolik
Kata Katolik sendiri berasal dari kata bahasa Yunani: Katholikos. Sebuah
kata yang terdiri dari kata (Yun) dan holou (Yun). kata itu berarti mengenai sedangkan holou itu berarti
keseluruhan. Biasanya diterjemahkan
dengan kata umum. Kata umum ini di pergunakan sebagai lawan kata untuk
kata-kata; yang tersendiri atau setempat atau sebagian. Di dalam kata
Katholikos terkandung makna yang menyangkut ruang yang tanpa batas.
2. Istilah Katolik di dalam Kalimat Syahadat :
Pengikut Kristus tidak sejak semula disebut Kristen semua atau Katolik.
Lukas di dalam kisah para Rasul misalnya, menulis bahwa mereka di sebut sebagai
"murid-murid Tuhan" atau "laki-laki atau perempuan yang mengikuti
jalan Tuhan" (Kis 9:1-2). Di Antiokhia orang-orang beriman di. sebut
Kristen untuk pertama kali:
"... Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama
kalinya disebut Kristen." (Kis 11:26), kemudian kata itu menjadi kata
keterangan seperti : "Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang
Kristen." (Kis 26:28).
Kapan muncul istilah Katolik? Kekristenan semakin menunjukkan pengertian
kelompok. Semula mereka tidak memberi kesan menyendiri. Dari kisah para Rasul kita
baca, bahwa mereka tidak memiliki tempat berdoa sendiri, mereka menggunakan
kenisah orang-orang Yahudi (lihat Kis 2:46). Tetapi semakin hari iman mereka
terasa tidak mencukupi bila hanya di ungkapkan secara Yahudi saja, maka mulai
terdapat ketegangan antara mereka yang merasa bahwa ungkapan Yahudi itu adalah
ungkapan Kristen dan mereka yang mau mengatasi keterbatasan kebiasaan Yahudi
itu. Sidang di Yerusalem seperti kita baca pada kisah para Rasul 15:1-21
merupakan sebuah pernyataan bahwa ungkapan iman itu luas, tak dapat di batasi
dalam salah satu ungkapan saja.
Kapan mulai di pergunakan istilah Katolik? Jemaat-jemaat beriman memiliki
rumusan-rumusan syahadat yang singkat. Symbolum Romanum misalnya, di pergunakan
kira-kira pada tahun 150, Rufinus (+ 410) menamakan rumusan syahadat ini symbolum
Apostolorum (Syahadat para Rasul). Rumusan Syahadat itu, dalam bentuknya yang
lebih kemudian ditemukan dalam karangan Pirminius dari Reichenau pada tahun
720.
Mari kita bandingkan rumusan-rumusan khususnya bagaimana kata katolik itu,
khususnya bagaimana kata katolik itu berkembang: Pada rumusan yang pertama
tidak terdapat kata itu ; “…. Sanctam Eccesiam” (Gereja yang kudus) langsung
disambung dengan remissionem Peccatorum (pengampun dosa). Tetapi di dalam
rumusan yang kemudian kata Katolik itu telah terdapat : “…. Sanctam Ecclesiam
catholicam sanctorum communionem peccatorum” (Gereja Katolik yang kudus,
persekutuan para kudus penghapus dosa).
Rumusan syahadat ini sekarang menjadi rumusan milik hampir seluruh jemaat
Kristen. Masalahnya terletak bagaimana menerjemahkan dan menafsirkan kata
Katolik itu. Terjemahan Katolik menerjemahkan kata-kata ecclesia catholika menjadi
Gereja Katolik, dengan huruf "K" besar. Sedangkan terjemahan bukan
Katolik menerjemahkan dengan kata “am”.
Kata Katolik yang semula lebih merupakan kata keterangan mengalami pergeseran
menjadi kata benda.
3. Menjadi Katolik adalah perjuangan agar tidak menjadi tertutup dan usaha
menjadi terbuka
Menjadi Kristen dapat menjadi tertutup, yaitu bila agama itu lebih di
pandang dan dihayati sebagai pembentukan kelompok. Kelompok, lebih-lebih bila
berkembang menjadi organisasi dapat menjadi beku. Iman Kristen telah berkembang
dalam sejarah untuk mengatasi kebekuan-kebekuan itu.
Ungkapan iman yang pertama, lahir dalam pangkuan budaya
Yahudi. Bahkan salah satu budaya Yahudi itu pernah menggoda untuk
menggenggamnya, bahkan salah satu adatnya, yaitu sunat pernah menuntut untuk
dijadikan keselamatan. Konsili Yerusalem yang pertama berhasil melepaskan iman
Kristen dari kungkungan budaya Yahudi. Kemudian masuk dan mempergunakan budaya
Yunani. Rumusan ajarannya di pengaruhi oleh budaya itu terutama melalui
filsafatnya. Dengan alat berpikir Yunani itu, iman Kristen berkembang di dalam
sejarah, antara lain dengan membentuk budaya Barat, panggilan untuk menjadi
Katolik menjadi umum itu menjangkau ke luar. Kekristenan mengatasi suku dan
bangsa menjangkau dunia, keluar dari dunia yang selama itu di sebut dunia
Kristen, tetapi yang tak lain dan tak bukan hanya dunia Barat yang tetap
terbatas. Ucapan Paulus: "Karena kamu semua, yang dibaptis di dalam
Kristus, telah mengenakan Kristus. Da1am hal ini tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (3:27-28).
Kutipan ini dapat dibaca sebagai sebuah anjuran bahwa iman mengundang untuk
mengatasi keterbatasan setempat dan sewaktu.
Menjadi "Katolik" merupakan kegiatan yang menempuh dua sisi. Sisi
pertama adalah masuk dalam sebuah lingkup yang terbatas, mengakar di situ,
tetapi pada saat yang sama mengatasinya.